Indonesia merupakan sekumpulan
pulau (lebih dari 17.000) yang terhampar di antara Benua Asia dan Australia,
dan di antara Samudera Pasifik dan Hindia. Begitu unik posisi Indonesia pada
permukaan Planet Bumi, tepat berada di sekitar garis khatulistiwa, garis
fiktif yang membagi sama belahan bumi dengan arah horijontal.
Indonesia berada pada posisi
tengah-tengahnya Planet Bumi, ditambah keberadaan hutan tropisnya, maka
Indonesia berperan sebagai “paru-paru-nya” Planet Bumi. Ya, Indonesia adalah
gudang oksigennya Planet Bumi.
Beragam vegetasi menyelimuti
permukaan Indonesia. Vegetasi umumnya berdaun dan memiliki klorofil atau zat
hijau daun. Kontribusi klorofil terhadap kelangsungan kehidupan di Planet Bumi
cukup besar. Klorofil merupakan tempat pembentukan karbohidrat (sumber makanan)
dan oksigen, dengan bahan baku air (yang diambil dari dalam tanah melalui akar)
dan karbodioksida (yang diambil dari atmosfir), dengan menggunakan sumber
energi matahari. Keseluruh rangkaian proses disebut fotosintesis.
Pada mulanya di Planet Bumi
tidak ada kehidupan, hal berlangsung sekitar 1.000 juta tahun. Bumi hanya
merupa bola pijar yang sangat panas, dengan suhu atmosfir yang sangat
tinggi. Usia Bumi diperkirakan telah mencapai 3.000 juta tahun. Sedangkan
kehidupan di Bumi diperkirakan mulai berlangsung 2.000 juta tahun yang lalu.
Air memegang peranan yang sangat penting pada awal kemunculan kehidupan, karena
di dasar samudera mulai terbentuk mahluk sederhana dalam bentuk molekul organik
yang mengandung klorofil.
Melalui klorofil terjadilah
proses fotosintesis yang pertama. Kemudian seiring dengan pertambahan waktu,
munculah tumbuhan berklorofil yang paling sederhana. Secara perlahan namun
pasti konsentrasi karbondioksida di atmosfer terus berkurang, karena
dimanfaatkan klorofil. Di sisi lainnya konsentrasi oksigen pun terus meningkat.
Sehingga kondisi saat ini konsentrasi karbondioksida tinggal 0,03 persen,
sedangkan oksigen 21 persen. Bandingkan dengan kondisi pada saat di Bumi belum
ada kehidupan, karbondioksida mencapai 98 persen, dan oksigen sangat rendah.
Dengan makin meningkatnya kadar
oksigen di atmosfir, maka terbentuklah lapisan ozon. Lapisan ozon menyelimuti
Bumi sehingga sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar ultra violet – UV)
bisa dipantulkan kembali ke luar
angkasa. Sinar UV berpotensi mematikan beragam kehidupan di Bumi.
Dengan makin tebalnya lapisan
ozon, maka keberadaan mahluk hidup pun berangsur-angsur berkembang, tidak hanya
di dasar samudera, tetapi juga di seluruh kedalaman perairan, di permukaan
laut, daratan sampai ke puncak pegunungan. Jenis mahluk hidup pun makin
beragam, bermula dari yang ber-sel tunggal sampai yang ber-sel majemuk. Tidak
hanya flora saja tetapi juga fauna, mulai menyebar ke seluruh pelosok permukaan
Bumi.
Adanya aktivitas klorofil yang
ada pada daun tumbuhan, menyebabkan permukaan Bumi menjadi kaya oksigen dan
suhu Bumi menjadi rata-rata 13 derajat Celsius. Bayangkan, jika tidak ada
tumbuhan maka oksigen menjadi sangat sedikit, dan suhu permukaan Bumi akan
mencapai sekitar 290 derajat Celsius. Tidak ada mahluk hidup yang akan bertahan
pada suhu setinggi itu, sebagaimana di Planet Venus yang memiliki suhu
rata-rata 477 derajat Celsius.
Dari paparan tersebut, menjadi
lebih dipahami betapa pentingnya peran tumbuh-timbuhan dalam keberlangsungan
kehidupan di Bumi.
Ternyata tanah Indonesia
merupakan tanah yang paling subur, terdapat beragan tumbuhan atau vegetasi,
tersebar mulai dari dasar samudera, kedalaman lautan, permukaan laut, pesisir,
muara, daratan rendah, dataran menengah, dataran tinggi dampai pegunungan. Tumbuhan, vegetasi atau flora sebagai
gudangnya klorofil lebih terkonsentrasi di ekosistem hutan.
Hutan merupakan tempat
berhimpunnya beragam flora dan fauna. Hutan tropis memiliki keistimewaan
tersendiri, antara lain terdapat cadangan plasma nuftah atau keanekaragaman
hayati terkaya di dunia. Sebenarnya luas daratan Indonesia hanya 1,3 persen
dari luas daratan di permukaan bumi. Namun hutan Indonesia menyimpan 11 persen spesies tumbuhan yang terdapat di
permukaan bumi. Di hutan Indonesia pun terdapat 10 persen spesies mamalia dan
16 persen spesies burung.
Namun ternyata hutan di
Indonesia terus ditelanjangi. Jika pada tahun 1950, sekitar 84 persen atau
sekitar 162 juta hektar daratan
Indonesia diselimuti hutan, kemudian tahun 1985 luas tutupan hutan tinggal
sekitar 119 juta hektar (menyusut 27 persen disbanding tahun 1950). Kemudian
pada tahun 1997, World Resource Institue (WRI) mengungkapkan, bahwa Indonesia
telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen.
Departemen Kehutanan Republik
Indonesia telah membuat Penetapan
Kawasan Hutan, tahun 1950 mencapai 162,0
juta hektar; 1992 mencapai 118,7 juta
hektar; 2003 sekitar 110,0 juta hektar;
dan 2005 tersisa 93,9 juta. Tahun 2011
ini tentu lebih menyusut lagi.
Hutan asli atau hutan “perawan”
di Indonesia memang keberadaannya makin langka. Eksploitasi dan penjarahan
hutan terjadi setiap saat, baik secara formal maupun nonformal, legal maupun illegal,
serentak terjadi di seluruh pulau.
Sebenarnya “menelanjangi” hutan
adalah langkah bunuh diri. Tanpa disadarinya manusia telah membuat kehancuran
secara permanen, tidak hanya untuk ekosistem Indonesia, tetapi untuk seluruh
Bumi. Penyusutan luas hutan sama artinya dengan mengurangi jumlah vegetasi
secara sistematis. Dengan demikian gudang-gudang klorofil yang memproduksi
oksigen dan menyerap karbondoiksida itu mulai dilenyapkan.
Ancaman serius pul sulit
terhindarkan, kelangkaan oksigen dan pemanasan global. Saat itu makin terasa,
bahwa suhu di sekitar tempat tinggal kita, di mana pun, umumnya meningkat. Ya,
lapisan ozon yang proses pembentukannya mencapai ribuan juta tahun, terus
mengalami kebocoran. Tak lain akibat sikap dan perilaku milyaran manusia, yang
masih boros dalam memanfaatkan sumberdaya alam, termasuk hutan dan energy fosil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar