kunjungan industri RPL

kunjungan industri RPL
klas 2

Minggu, 24 November 2013

DEPRESIASI

Depresiasi dalam akuntansi biasa disebut juga sebagai penyusutan, apa sih penyusutan itu dan seberapa pentingkah arti sebuah penyusutan? penyusutan adalah proses penyisihan sejumlah uang (biaya) atas harta/aset yang dipakai untuk menghasilkan pendapatan, atau bisa di artikan sebagai sejumlah biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu terhadap harta/aset yang dipakai dalam proses untuk mendapatkan pendapatan, akan tetapi ini bukan berarti pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset.
perusahaan - perusahaan besar yang mempunyai sistem akuntansi yang bagus pasti sudah menyadari ini dan mempunyai metode penyusutan yang dipakai dalam kegiatannya, akan tetapi bagaimana dengan usaha kecil atau para “self employee”, saya lebih suka menyebutnya sebagai para profesional seperti fulltime marketer atau webpublisher apakah sudah mengenal dengan istilah aneh yang satu ini atau bahkan sudah menerapkanya?


sedikit ilustrasi tentang depresiasi / penyusutan, seorang pedagang tahu goreng yang berjualan tiap hari dia memperoleh laba Rp. 20.000,- berikut adalah teknik perhitungan yang dipakai oleh si pedagang untuk menghitung laba atau keuntungan tiap hari : harga jual 1 biji tahu goreng Rp 1000,- tiap hari dia berhasil menjual tahu ±100 buah, laba kotor diperoleh dengan rumus 1000 x 100 = Rp.100.000. (harga tahu x jumlah tahu terjual = laba kotor) berikut ini adalah cara untuk mengitung laba bersih, laba bersih = laba kotor - (harga beli tahu mentah + minyak goreng+bahan bakar untuk kompor), maka Rp.100.000 - (Rp.40.000+Rp.20.000+ Rp.20.000) = Rp. 20.000, jadi laba bersih yang diperoleh penjual tahu goreng tersebut adalah Rp.20.000, bagaimana dengan peralatan atau aset yang digunakan untuk memproduksi tahu seperti wajan dan kompor?? bukankah barang tersebut suatu saat akan rusak juga ??? dan tiap kali digunakan wajan dan kompor tersebut mengalami penurunan nilai dengan kata lain wajan dan kompor tersebut mengalami kerusakan sedikit demi sedikit hingga suatu saat tidak bisa dipakai lagi, dan sang penjual tahu harus membelinya lagi, seharusnya sang penjual tahu juga memasukkan biaya berkurangnya wajan dan kompor, biaya yang dikeluarkan untuk mengganti nilai berkurangnya wajan dan kompor inilah yang disebut sebagai biaya depresiasi atau biaya penyusutan, dengan begitu maka formula yang dipakai untuk menghitung laba bersih penjual tahu akan menjadi seperti ini, pendapatan kotor - (harga beli tahu mentah + minyak goreng + bahan bakar kompor + biaya penyusutan wajan & kompor) = laba bersih, maka Rp.100.000 - (Rp.40.000+Rp.20.000+Rp.20.000+Rp.250) = Rp.19.750. jadi laba bersih setelah dikurangi dengan biaya penyusutan menjadi Rp.19.750.
cara untuk menentukan besarnya biaya penyusutan atau biaya depresiasi ada beberapa metode karena contoh diatas perusahaan kecil menengah maka bisa menggunakan penyusutan garis lurus yaitu dengan menentukan berapa tahun wajan dan kompor tersebut dapat digunakan, berapa nilai sisa atau nilai residu dan harga beli dari kedua barang tersebut, misalkan wajan tersebut dapat dipakai sekitar 3 tahun, nilai sisa nya Rp.30.000, dan harga belinya Rp.300.000. maka biaya penyusutan = (harga beli - taksiran nilai sisa) ÷ taksiran umur kegunaan, dengan menggunakan rumus diatas dapat ditentukan nilai penyusutan untuk wajan dan kompor adalah (Rp.300.000 - Rp.30.000) ÷ 3 = Rp. 90.000, jika penjual tahu menghitung penghasilannya perhari maka Rp.90.000:12 (bulan ) = Rp.7.500:30(hari)=Rp.250, jadi biaya penyusutan perhari kompor dan wajan Rp.250 sehingga pada akhir tahun ketiga wajan dan kompor tersebut sudah habis masa pakainya akan tetapi si penjual tahu mempunyai uang Rp.300.000 ini merupakan total biaya penyusutan yang telah dikumpulkan selama 3 tahun, akan tetapi biaya penyusutan tidak dapat diartikan sebagai pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset/aktiva/barang lama dengan aset yang baru, uang Rp.300.000 yang dipegang oleh si penjual tahu merupakan jumlah total biaya penyusutan (akumulasi biaya penyusutan) selama 3 tahun. bukan uang yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membeli wajan dan kompor baru.


Metode Garis Lurus menghitung besarnya depresiasi dengan anggapan bahwa sumbangsih suatu aktiva dalam membantu memperoleh penghasilan sama setiap tahunnya.
Saat mulai terhitung depreasiasi adalah sejak tanggal perolehan aktiva atau saat digunakan secara komersial.
Nilai sisa atau nilai residu dapat dikurangkan terhadap nilai perolehan aktiva tersebut, dan nilai sisa artinya nilai aktiva yang disusutkan pada akhir umur ekonomis..
Rumus menghitung depresiasi/tahun metode garis lurus :
Depresiasi/tahun = (Harga Perolehan-Nilai sisa)/umur ekonomis
Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN
Kendaraan dibeli tanggal 1 Januari 2006 seharga Rp. 80.000.000,- dengan nilai sisa Rp. 5.000.000, umur ekonomis 5 tahun.
Depresiasi/tahun = ( Rp.80.000.000-Rp8.000.000)/5 tahun
= Rp. 15.000.000,-
Jurnal setiap akhir tahun (31/12) yaitu tahun 2006, 2007, 2008,2009 dan 2010 :
D : Beban Depresiasi-Kendaraan ....... Rp.15.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi--Kendaraan ...................... Rp. 15.000.000,-

Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN
Mesin dibeli tanggal 20/5/2007 seharga Rp. 52.000.000 dengan umur ekonomis 4 tahun, nilai sisa Rp. 4.000.000
Depresiasi 2007 = 7/12 x ( 52.000.000-4.000.000)/4 tahun
= Rp. 7.000.000,-
Jurnal pada tanggal 31/12/2007 : selama 7 bulan
D : Beban Depresiasi-Mobil ........Rp. 7.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mobil ........................Rp. 7.000.000,-
Jurnal pada tanggal 31/12/2008, 2009, 2010
D : Beban Depresiasi-Mobil ........ Rp. 12.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mobil.......................... Rp. 12.000.000,-
Jurnal pada tanggal 31/5/2011
D : Beban Depresiasi-Mobil .........Rp. 5.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mobil ........................ Rp. 5.000.000,-


Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.

Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.

Ilustrasi 1 :

PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama adalah :

D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-

Keterangan:

Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar