kunjungan industri RPL

kunjungan industri RPL
klas 2

Kamis, 24 Januari 2013

sejarah banjir di jakarta

Indonesia berduka, Kota Jakarta menjadi sorotan publik akibat bencana banjir yang menimpa sejak seminggu lalu. Kabar duka ini menjadi cobaan bagi Indonesia, terutama bagi masyarakat Jakarta dan juga Pemerintahan DKI Jakarta yang baru saja berjalan 100 hari. Pentingnya kita sebagai warga negara mengetahui dan dapat berpartisipasi untuk membangkitkan kembali kota Jakarta. Sebelumnya dibawah ini akan dibahas mengenai geografi, iklim dan sejarah Kota Jakarta.
Geografi dan Iklim Kota Jakarta
Jakarta merupakan wilayah dataran rendah seluas 650 km2. Ketinggian tanah diukur di titik nol Tanjung Priok dari pantai sampai ke kanal banjir berkisar antara 0 m - 10 m di atas permukaan laut. Sedangkan dari batas paling selatan wilayah DKI kanal banjir berkisar antara 5 m - 50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian selatan kanal banjir terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50 m sampai 75 m.
Dari aspek iklim, wilayah DKI Jakarta termasuk tipe iklim C dan D yang menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27OC dengan kelembaban antara 80% - 90% . Temperatur tahunan maksimum 32OC dan minimum 22OC. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.
Sejarah Kota Jakarta
Jakarta dibangun oleh Jan Pieters Z. Coen di awal abad ke 17 dengan konsep kota air (waterfront city) yang rentan mengalami banjir bahkan sejak awal didirikan. Menurut catatan sejarah, Jakarta mengalami bencana banjir sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah terjadi pada bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah terendam air. Daerah yang terparah adalah Gunung Sahari, Kampung Tambora, Suteng, Kampung Klenteng akibat jebolnya bendungan Kali Grogol.
Perlu kita sadari bahwa Jakarta identik dengan julukan kota banjir karena bencana ini menjadi agenda pada setiap tahun. Sampai tahun ini, belum ada penanggulangan dan pengelolaan untuk mengatasinya. Alangkah baiknya kita melakukan pencegahan daripada melakukan penanganan pasca banjir. Pertama-tama, mari menganalisis penyebab dari agenda tahunan Kota Jakarta.
11. Kepadatan Penduduk
Jakarta sebagai ibukota menjadi sebuah kota impian dan kota tujuan urbanisasi. Walaupun pada kenyataannya lapangan pekerjaan di Jakarta tidak sebanding dengan peminatnya. Hal ini mengakibatkan semakin padatnya penduduk di Jakarta.
2. . Sampah
Berkaitan dengan kepadatan penduduk. Masalah sampah yang setiap harinya akan bertambah tidak didukung dengan adanya pengelolaan sampah yang efektif. Sehingga sampah semakin menumpuk. Terutama pada kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan membuangnya ke sungai. Tentunya, ketika hujan akan mengakibatkan sampah meluap.
3. . Curah hujan yang tinggi
Seiring dengan kemajuan globalisasi, kebiasaan masyarakat yang semakin bersifat modern dapat menyumbang terjadinya global warming yang mengakibatkan perubahan iklim dan cuaca. Salah satunya adalah curah hujan yang tinggi dan musim yang tidak menentu.
4. . Pecahnya Bendungan Sungai dan Serapan Air yang buruk
Akibat faktor-faktor diatas, bandungan sungai tidak dapat menampung air yang lebih banyak sehingga air dapat meluap dan mengakibatkan pecahnya bendungan sungai. Selain itu, karena perkembangan infrastruktur dan industri yang tidak terkendali mengakibatkan hilangnya cadangan air di Jakarta dan hilangnya lahan untuk serapan air hujan.
5. Saluran air yang belum sesuai kebutuhan
Belum adanya pengembangan saluran air yang mengalirkan air kembali ke laut yang mengakibatkan air melimpah di sungai kota.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab dari banjir Jakarta tidak bisa dititik beratkan akibat aspek geografi dan curah hujan Kota Jakarta saja. Tetapi, hal-hal yang bersifat intervensi dari manusia yang dapat mengganggu alam merupakan faktor besar yang dapat menyebabkan bencana banjir
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Ar-Rum : 41)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar